[Dosamu Yang Abadi Di Hati]
Sebelum menjadi ibuku, dia adalah anak perempuan kesayangan orang tuanya. Sebelum memilih untuk berselingkuh, pernahkah terbesit dipikiran bahwa kamu telah melukai hati seorang ayah yang sepanjang hidupnya berusaha tidak pernah melukai hati anak perempuannya. Persetan kata meraka aku terlalu berlarut pada satu masalah dan tidak bisa melangkah maju, sejujurnya aku ingin menjadi hukuman seumur hidupmu, aku ingin menjelma sebuah kegagalan yang dibentuk olehmu sendiri. Aku akan terus gagal, busuk, bobrok, dan tidak bernilai untuk menghukum dirimu.
Pa, kamu sudah kehilangan anak perempuanmu sejak kamu memilih mengkhianati ibuku. Meski tidak terlihat oleh mata namun ikatan denganmu sudah aku hapus sejak dulu. Tertawa, menangis, sakit, dan kelak mati, kau hanya akan mendapati tatapan penuh dendam dari anak perempuanmu yang dunianya dengan sadar kau hancurkan sejak ia kecil dulu. Meski samar, anak berbaju merah putih dengan rambut kriwil ini tidak akan pernah lupa gemuruh pertama di kepala saat mengetahui papanya berselingkuh. Tidak pernah lupa karena sejak hari itu hingga saat dimana ia menulis ini papanya belum juga berhenti menjadi penyihir jahat yang menyakiti hati semua orang. Kelak dalam sakit terparahmu, sekalipun dalam kematianmu, aku yang super cengeng ini tidak akan membiarkan setetes air matapun jatuh untukmu, kamu sudah menghabiskan seluruh air mataku semasa hidupmu. Menangisimu, aku sudah kehilangan minat.
Papa tidak akan pernah lupa kejadian besar yang menimpa keluarga kita kan, kuharap papa tidak akan pernah lupa karena akan sungguh tidak adil jika hanya aku yang masih terjebak di sana dengan segala trauma yang aku bawa hingga sekarang. Saat itu aku baru berumur 14 tahun, pernah terbesit untuk mengakhiri hidup. Anak yang belum cukup dewasa ini berusaha mencari tali untuk menggantungkan leher kecilnya di sana namun yang ia temukan hanya seutas tali nilon kecil. Anak kecil ini berusaha menyembunyikan untaian tali nilon itu dalan genggaman kecilnya, ini bukan kali pertama ia memandang langit-langit rumah dengan lama memikirkan bagaimana cara agar seutas tali dalam genggaman dapat mengakhiri hidupnya. Anak yang dikenal paling ceria ini membuang penuh semua perasaannya terlalu dini. Papa begitu tega merenggut jiwanya.
Sebelumnya, terima kasih telah memberikan kehidupan yang mambuat aku tidak pernah merasa kurang secara materi. Terima kasih selalu memenuhi segala kebutuhan hidup kami. Terima kasih atas kerja kerasmu siang dan malam yang tidak pernah henti. Tapi percayalah, kami, aku, adik, kakak, dan ibu, kami juga berusaha. Kami berusaha sembuh dari luka batin yang papa perbuat. Jika kau melihatku acuh, anggap saja aku sebagai perwujudan dosamu yang masih berlangsung.
Komentar
Posting Komentar