[Hidup]


Aku mulai muak dengan mimpi-mimpi yang satu persatu bukannya malah terwujud justru menjadi tak berwujud. Tegar tidak lagi terdengar gagah di telinga, menangis lebih membuatku merasa bahwa itu sesuatu yang keren. Jaman sekarang tidak semua orang mempunyai keberanian untuk meluapkan emosinya dalam bentuk bulir-bulir air yang keluar dari mata yang rasanya asin itu. Kalau orang lain malu untuk menangis, biar aku saja.

Aku banyak menangis akhir-akhir ini, aku jengkel dengan purputaran dunia yang begitu ngebutnya, aku dan seluruh organ syaraf dalam tubuhku tidak cukup mampu menyesuaikan ritme putaran dunia dan berakhir dengan aku yang selalu saja tertinggal. Awalnya kupikir langkah orang-orang tidak perlu selalu selaras, tidak perlu ketukan yang selalu sama, tapi di tempatku berada sekarang, jika lambat maka kau akan dicemooh, dibandingkan, dan perlahan-lahan terbuang. Satu waktu aku pernah berpikir untuk melepaskan diri lebih dulu dibanding harus jadi orang yang terbuang nantinya, sekeras apapun usaha yang aku lakukan, sejak awal aku tidak berada di garis start yang sama dengan mereka. Sejak awal mestinya aku tidak berada di perlombaan ini.

Kalau keadaannya sudah seperti ini haruskah aku kembali mencari, memungut, mengumpulkan, dan merangkai kembali mimpi juga cita yang sempat terbuang? Aku ingin kembali menjadi seseorang yang merdeka atas mimpinya, bersemangat disetiap paginya, aku amat merindukan langkah riang yang tidak penuh rasa khawatir aku akan membuat kasalahan dan ditinggalkan.

Di kehidupan yang hanya sekali ini tidak ada yang lebih penting dibanding kebahagian diri sendiri. El, meskipun harus berdarah-darah dan memakan waktu yang cukup lama, akan aku pastikan perjalanan panjangmu berakhir di tempat baik seperti bayanganmu sebelum memejamkan mata ditiap malamnya.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Ruang Tengah]

[Terbang]