[rehat- merawat tubuh yang melebam]
biarkan saya bercerita di sini. sebagai mahasiswi semester akhir yang kalah pada realitas dunia dan memilih melarikan diri.
tepat tiga bulan yang lalu saya memilih melarikan diri dari dunia. menutup sosial media yang menghubungan saya dengan orang-orang. menghapus nomor teman-teman. melakukan kontak seminimal mungkin dengan yang mereka sebut manusia. hahaha, ya saya sempat sefrustasi itu.
dalam perjalanan melarikan diri dari dunia, lirik lagu hindia selalu jadi mantra yang saya rapalkan berulang kali, "hidup bukan saling mendahului, bermimpilah sendiri-sendiri". Syair dalam lagu itu selalu menemani saya memungut kembali puing-puing mimpi yang sering kali jatuh dan berserak.
saya. jika itu adalah saya yang dulu, maka mimpi milik orang-orang tidak akan lebih menarik dari mimpi milik sendiri.
saya. jika itu adalah saya yang dulu, maka langkah terburu-buru milik orang-orang tidak akan mempengaruhi langkah kaki pendek-pendek milik sendiri.
saya. jika itu adalah saya yang dulu..... /cukup untuk perandaian itu dan kembalikan saya yang dulu.
______________________________
langkah akan jauh lebih ringan jika harapan yang mereka limpahkan dikemas dalam wadah yang tembus pandang, transparan, biar saya tidak perlu lagi menerka segala bentuk diam yang mereka tunjukkan.
pelan-pelan tidak lagi terdengar seperti seruan untuk berjalan secara perlahan.
kepala ribut betul, berlomba menerka segala opsi yang ada padahal jawabannya benar semua.
______________________________
pada puncak pelarian, banyak pertanyaan yang belum sempat terjawab justru tumbuh dan beranak pinak. sial, saya bertanya untuk apa saya disini?.
______________________________
anak perempuan ini usianya bahkan belum genap 22 tahun tapi langkah kakinya sudah ragu-ragu, pelan sekali seakan tahu jalan yang sedang ia lewati tidak bisa menjanjikkan apapaun padanya.
melelahkan,
______________________________
saya ingin pergi dari dunia ini sesegera mungkin, tapi tidak ada jalan yang tersedia. saya tidak juga seberani itu untuk mengambil langkah mendahului takdir, hanya jika ini dibaca-Nya maka ambillah saya. sedikit tidak tahu diri, tapi ambil saya dengan cara baik yang bisa diberikan alam pada saya.
hahah, mengapa saya tetap berharap bahkan hingga akhir?
______________________________
ini bukan surat wasiat, jangan khawatir.
untuk semua penderitaan yang pernah dialami, masih dialami, atau yang mungkin sedang menunggu untuk mengambil gilirannya. tikamlah saya dengan cara yang lembut agar saya tidak merasakan sakit itu lagi.
***
Komentar
Posting Komentar