[berlutut dan memohon maaflah padaku...]


september tiga tahun yang lalu, kau kirim banyak permohonan maaf, memintaku mencari yang lebih baik sebab kamu tidak bisa menyediakannya. [lelucon paling lucu sejauh ini]


jika kamu datang lebih awal mungkin pagar rumahku akan aku buka dengan lebar, menyambutmu dengan hangat dan menerima permintaan maafmu. jikalau saja waktu itu kamu datang lebih awal.

aku sempat menunggu, menawarkan diri akan tetap menerima kepulanganmu. kapanpun. tanpa batas waktu.

pada satu malam. dua tahun yang lalu, aku mengirim sebuah pesan singkat padamu, "aku berhenti menunggu yaa", lalu memutus semua hal yang berkaitan tentangmu.

dunia sempat kacau sekali. kehilanganmu begitu mengguncang jiwa. aku kehilangan berat badan. aku kehilangan senyum. aku kehilangan diriku. pergimu membuatku hilang arah saat itu. untuk kali pertama dalam hidup, aku berkenalan dengan pil tidur.

aku yang hancur lebur kala itu sempat mengira tidak akan pernah sembuh. mana bisa menjadi utuh jika telah kehilangan sebagian lainnya.

tiga tahun yang lalu. september tahun 2020.

kamu butuh waktu lama untuk menemuiku kembali. terlalu lama hingga aku sudah hampir lupa seperti apa rupamu.

tepat hari ini, dengan gitar yang rupanya masih bisa aku kenali, kau berdiri di depan pagar rumahku. wajahmu tidak nampak jelas sebab lampu jalan yang tidak menyala.

"boleh bicara sebentar saja?", kalimat pertama yang kamu lontarkan untukku yang berdiri delapan langkah di hadapanmu.

tidakkah kau harusnya memohon dan meminta maaf daripada mengajakku bicara?

berlutut, menangislah, memohon belas kasihan seperti yang aku lakukan dulu. memintalah hingga dadamu sesak. berlututlah hingga kakimu keram.

lucu sekali, butuh waktu tiga tahun untukku melihat wajah penuh penyesalan itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Ruang Tengah]

[Hidup]

[Terbang]